top of page
iypsifor

Joker (2019)

Updated: Apr 3, 2021

Apakah Benar Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti?


Bagi kalian penggemar film crime pasti sudah tidak asing dengan film Joker. Film ini sempat booming pada tahun 2019 dengan quotesnya yaitu, “Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti.” Namun, seperti apa sih hidup seseorang Joker sampai quotes ini bisa muncul?


Sebelumnya, Forends perlu mengenal “DIATHESIS-STRESS MODEL” dulu!


Faktor genetika + Faktor lingkungan = Memungkinkan seseorang mengidap gangguan mental


Diathesis-stress model ini menjelaskan bagaimana kemungkinan seseorang dapat memiliki gangguan mental dan fisik akibat adanya interaksi antara faktor genetik (nature) dengan lingkungan sosialnya (nurture).


Jika seseorang ‘rentan’ terhadap suatu gangguan mental, yang diakibatkan oleh faktor genetiknya (nature), serta memiliki lingkungan yang stressful, maka hal ini dapat ‘memfasilitasi’ munculnya gangguan tersebut. Sebaliknya, jika seseorang tersebut memiliki lingkungan yang mendukung, maka hal ini dapat ‘menahan’ munculnya gangguan tersebut.


Diathesis-Stress model ini juga dapat menjelaskan proses seseorang melakukan tindakan kriminal. Beberapa faktor yang lingkungan berisiko yang dapat memicu tindakan kriminal yaitu kehidupan keluarga yang abusive, lingkungan tempat tinggal yang meresahkan, kondisi ekonomi sosial yang tidak stabil, dan juga kehidupan bekerja yang penuh tekanan.


Tidak hanya itu, kemunculan tindakan kriminal juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

  • Kelainan pada otak: Kelainan pada otak dapat mempengaruhi beberapa fungsi otak yang berkaitan dengan perilaku kekerasan dan antisosial.

  • Memiliki gangguan mental: Terkadang, seseorang yang mengidap gangguan mental dipandang tidak memenuhi ekspektasi sosial karena tidak dapat berfungsi dalam kehidupannya. Mereka rentan menjadi korban, begitu juga pelaku dari kekerasan.

  • Social learning theory: Teori ini menekankan bahwa tindakan kriminal dapat dipelajari dengan mengamati perilaku serupa oleh orang terdekatnya.

  • Mendapatkan keuntungan: keuntungan yang didapatkan (e.g: mendapat pujian) setelah melakukan kejahatan dapat memperkuat motivasi individu untuk bertindak kriminal


Nah, lalu bagaimana apa aplikasinya pada film JOKER?

Sebelumnya, kita kenalan dulu yuk sama Joker!

  • Nama asli: Arthur Fleck

  • Panggilan: Happy, Joker

  • Pekerjaan: badut penghibur, komedian

  • Nama ibu: Penny Fleck (ibu angkat)


Arthur memiliki kelainan neurologi yang membuatnya tertawa terus menerus saat Ia merasakan suatu emosi, dimana sebagian besarnya adalah emosi negatif (e.g. marah, sedih, dan lain-lain). Tidak hanya itu, Ia juga memiliki kecenderungan depresi dan delusional. Contohnya seperti Erotomania, yaitu gangguan delusi yang membuat seseorang percaya bahwa dirinya sedang disukai orang lain.


Ibu angkat Arthur pernah dirawat di rumah sakit jiwa dan dinyatakan mengidap gangguan mental Narcissistic Personality Disorder (percaya bahwa dirinya lebih penting dari yang lain) dan Psikosis Delusional (kesulitan membedakan realitas dan imajinasi)


Seperti Apa Kehidupan Arthur Fleck Berdasarkan Diathesis-Stress Model?

Dari sisi genetika (nature), Arthur merupakan seorang anak angkat. Dalam film ini, latar belakang keluarga biologisnya tidak diperlihatkan sehingga tidak diketahui apakah Ia punya kecenderungan untuk memiliki suatu gangguan mental atau agresi berlebih.


Dari sisi lingkungan sosial (nurture):

  1. Tempat Tinggal: Arthur tinggal bersama ibu angkatnya di Gotham City, yang pada saat itu sedang mengalami krisis karena masalah kesenjangan perekonomian

  2. Kehidupan Keluarga

    • Sewaktu kecil, Arthur merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga oleh Ibu angkatnya yang mengakibatkan kelainan neurologi yang Ia miliki sampai dewasa

    • Arthur tidak mendapatkan perhatian yang cukup karena gangguan kejiwaan yang dimiliki Ibu angkatnya.

    • Ibu angkatnya terobsesi dengan Thomas Wayne, pebisnis terkenal yang mencalonkan diri menjadi walikota Gotham, dan tenggelam dalam delusinya.

3. Kehidupan Sosial: Arthur seringkali dicemooh, dikucilkan, dan mengalami kekerasan fisik karena dipandang aneh oleh masyarakat karena kelainannya.

4. Kehidupan Bekerja: Arthur seringkali mendapat teguran dari atasannya sampai akhirnya dipecat karena difitnah oleh salah satu rekan kerjanya.



Bagaimana jika karakter Joker dilihat dari lensa Psikologi Forensik?

Berikut adalah hal-hal yang mendorong Arthur untuk melakukan tindakan kriminal:

  1. Akibat selalu dikucilkan dan tidak diterima oleh lingkungannya, Arthur menumbuhkan keinginannya untuk diterima dan diakui di dalam masyarakat. Keinginan yang semakin menguat, membuat dirinya frustasi dan marah dengan masyarakat.

  2. Arthur memiliki perasaan inferior yang berkembang akibat kekerasan fisik yang seringkali Ia terima dari kecil sampai dewasa. Oleh karena itu, Arthur mengimbangi perasaan ini dengan mendapatkan perasaan superiority melalui tindakan kriminal seperti membunuh dan menciptakan kekacauan.

  3. Arthur menyukai perhatian yang didapatkan ketika menjadi seorang komedian, sama halnya saat Ia membunuh orang lain. Ia mendapatkan pujian dari masyarakat saat diketahui Ia telah membunuh orang-orang yang ‘dimusuhi’ oleh masyarakat. Maka dari itu, Arthur semakin termotivasi untuk melanjutkan tindakan kriminalnya sebagai Joker.


Jadi, apakah benar orang jahat merupakan orang baik yang tersakiti?

Dalam film Joker, faktor lingkungan (nurture) terlihat paling berperan dalam terciptanya karakter Joker dalam diri Arthur.


Akan tetapi, hal ini tidak menutup kemungkinan adanya peran faktor genetika (nature) yang tidak ditunjukkan pada film, contohnya seperti:

  • Kecenderungannya untuk berperilaku agresif

  • Kesulitan mengontrol dirinya saat menerima tekanan


Quotes tersebut memang berlaku pada film JOKER, namun kenyataannya tidak semua orang yang ‘tersakiti’ setelah melalui kehidupan yang buruk berujung menjadi kriminal atau orang jahat.




1,655 views0 comments

Commenti


bottom of page